Makan Bikin Hati Nyaman di Yogyakarta

Makanan di Little Garden

Saat akhir tahun lalu aku berkunjung ke Yogyakarta, aku bersama dua orang temanku (shout out to Meok and Aya!) berkeliling Yogyakarta dan sekitarnya. Salah satu momen yang paling aku ingat adalah saat kami berwisata kuliner. Ada banyak kuliner di Yogyakarta yang membuat mulut bersyukur mengucapkan nikmat.

Bagiku, makanan itu hanya ada dua: enak atau enak sekali. Jadi, kalau mengajak aku makan, aku selalu bersemangat apa pun makanannya (selama itu halal). Oh yes, I am that easy. Dan ulasan tentang makanan selalu subjektif sesuai dengan preferensi, idiosinkrasi, dan selera individu. Jadi, yang cocok di lidahku, belum tentu selera kamu. Berlandaskan hanya kegemaran makan tanpa ada kompetensi tata boga dan gastronomi, aku ingin mengulas tiga tempat makanan yang menurutku meninggalkan kesan mendalam di lidah dan ingatanku selama aku di Yogyakarta. Ketiganya ini tidak semuanya khas atau otentik, tapi bisa layak dicoba karena makanannya enak dan atmosfernya nyaman. 

Baik, kita mulai.


1. Little Garden x Oemah Jembarati – Jalan Plagrak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kami mendatangi Little Garden ini karena rekomendasi teman kami yang pernah makan di sini. Selain makanannya enak, suasananya juga adem. Spontan kami setuju untuk pergi ke Little Garden yang ada di daerah utara Sleman ini. Jujur, letaknya agak jauh dari pusat kota dan jalannya pun sedikit berkelok-kelok seperti menuju daerah pegunungan. Namun, menurutku letak yang jauh itu berbuah pemandangan manis dengan latar gunung Merapi dan pesawahan, serta ditemani bunga teratai.

Latar Little Garden

Little Garden ini merupakan kafe yang menunya menggunakan bahan baku plant-based. Kafe ini sebetulnya berpasangan dengan penginapan Oemah Jembarati. Artinya, jika menginap di Oemah Jembarati, maka kita bisa menikmati beberapa hidangan di Little Garden yang sudah termasuk ke dalam paket penginapan. Namun, kita juga bisa datang untuk menikmati Little Garden secara terpisah, seperti yang kami lakukan. Namun, ada baiknya kita perlu mereservasi dulu untuk mengonfirmasi ketersediaan menu yang diinginkan. 

Menu di sini cukup beragam, baik makanan maupun minumannya. Yang aku ingat, kami memesan Lempeng Tacos, Laksa, dan Kue Wortel. Walaupun plant based dan tanpa penyedap rasa buatan, rasanya tidak kalah dengan kuat dengan makanan biasa. Sementara minumannya, aku memesan kopi seduh manual. Harga makanan dan minumannya sedikit di atas rata-rata, sekitar Rp35 ribu – Rp80 ribu, namun menurutku sepadan dengan pengalaman visual dan rasa yang kami dapatkan.

Look at our hapyy faces

Oh ya, Little Garden ini sering mengadakan kegiatan untuk pengunjungnya, seperti Yoga. Tempat ini juga hanya buka sampai sore saja. Jadi kita harus memastikan jam bukanya agar bisa maksimal menikmati hidangan dan pemandangan di sini.

2. Nanamia Pizzeria Mozes (North Area) – Jalan Moses Gatotkaca No., B9 – 14, Mrican, Cartutunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.


Ritual sebelum makan



Ini sudah jelas bukan makanan khas Yogyakarta, namun tempat ini sangat aku sukai karena dua hal. Pertama, makanannya enak sekali. Kedua, para stafnya ramah sekali. Awalnya kami sedang mencari makanan vegetarian di tengah gerimis malam hari yang melanda Yogyakarta. Kami sedang mengendarai motor dengan perut keroncongan sampai akhirnya entah karena apa, kami malah memutuskan untuk singgah di Nanamia.

Dari namanya bisa ditebak yang dijual adalah makanan Italia. Makanan dan minuman yang disajikan sangat variatif mulai dari hidangan pembuka, utama, sampai penutup. Di sini tersedia macam-macam bruschetta, sup, piza beraneka taburan, pasta, sampai aneka kopi, jus, dan minuman tradisional (jamu?). Harganya berkisar Rp10 ribu – Rp80 ribu yang masih bisa masuk akal mengingat porsinya yang luar biasa besar. 


Kami bahkan harus membawa pulang sisa Calzone yang kami pesan karena tidak sanggup kami habiskan di tempat. Rasanya? Enak sekali. Aku memesan sop tomat dan bruschetta yang habis dalam sekejap. Belum lagi beberapa piza yang kami pesan untuk kami makan bersama. Oh ya di sini tidak ada minuman beralkohol. Plusnya buatku, Nanamia ini punya etika lingkungan yang bisa diapresiasi, yaitu tidak menyediakan sedotan plastik, tali rafia, dan saos saset. 

Malam itu kami sangat menikmati makanan dan momen yang ada walaupun sempat basah karena kehujanan. 

We ate like kids and laughed so hard until our stomach hurt. Beruntung malam itu tempat tersebut hanya menyisakan sedikit tamu dan para stafnya yang sabar dan memahami kelakuan kami (terutama aku) yang senang karena perut kenyang.



3. N’Angkringan Kebun – Jalan Pandega Marta, Jalan Pogung Lor No. 361 RT 03/RW. 46, Pogunh Lor, Sinduadi, Kec. Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ragam Menu di N'Angkringan Kebun

Belum sah kalau ke Yogyakarta kalau tidak mencoba angkringan. Kami mencari angkringan yang tidak berlokasi di pusat kota, mengingat kemacetan dan keramaian pusat kota. Karena itu kami berupaya menjajal angkringan yang agak jauh dari pusat keramaian. Berbekal petunjuk dari Google Map, kami mencoba peruntungan kami mencari angkringan yang membuat hati nyaman. Pilihan pertama tidak berhasil karena ternyata tutup karena pandemi. Pilihan kedua tidak berhasil karena tidak menyediakan makanan angkringan walau namanya kedai angkringan. Akhirnya kami berdoa sambil pasrah agar pilihan ketiga menjadi keberuntungan kami malam itu. Dan syukurnya, kami berjodoh dengan N’Angkringan Kebun.

Terletak di kompleks perumahan di Jalan Pogung Lor, N’Angkringan Kebun ini tipikal angkringan rumahan. Jalanan cukup sepi, dan parkir cukup memadai dengan menggunakan lajur jalan seadanya. Saat kami tiba di sana kami menjadi tamu pertama.

Menunya khas ala angkringan tanpa dikapitalisasi. Jadi harganya masih sangat terjangkau. Di sini aku makan sangat banyak. Ada ragam sate, sego, mi, spesial kucingan, gorengan, dan cemilan yang harganya berkisar antara Rp1 ribu – Rp9 ribu.  Minumannya pun bermacam-macam. Mulai dari teh tawar, jeruk, jeruk biasa, teh lemon, susu coklat, air mineral, sampai kopi saset. Semuanya tersedia dalam pilihan panas atau dingin. Harganya mulai dari Rp1 ribu – Rp4 ribu saja.

Yang aku sukai dari tempat ini, selain makanannya adalah pemiliknya yang ramah dan suasananya yang syahdu. Tidak terlalu ramai, tidak juga terlalu sepi. Beberapa pepohonan menambah aura misteri, maksudku, ketenangan jiwa. Buka setelah magrib hingga pagi. Beberapa keterbatasannya (mengingat harganya yang sangat terjangkau) adalah saat misbar hampir 99% bisa dipastikan gerimis bubar. Serta toilet yang ala kadarnya.

Suasana Malam 

Di sini aku makan dan minum sangat banyak. Rasanya masuk ke lidahku, walau untuk porsi ya ala kadarnya. Namun justru itu aku bisa memesan lagi, lagi, dan lagi. Semakin malam N’Angkringan Kebun ini semakin ramai. Ku taksir yang datang kebanyakan mahasiswa. Cocok sebagai tempat menongkrong dengan teman-teman dan berbincang tentang keseharian yang itu-itu saja atau ambisi untuk menguasai dunia.




Itulah tiga tempat yang berkesan buatku selama aku berlibur di Yogyakarta terakhir kali. Aku tak akan bosan untuk mengunjungi tempat tersebut saat aku nanti berkunjung ke Yogyakarta lagi. Sebetulnya ada banyak tempat lain yang ingin aku kunjungi, namun belum ada alokasi waktu yang memadai. Mungkin kalau ada rezeki dan jodoh dengan makanan tersebut, aku bisa ke mencoba lagi berwisata kuliner. Oh ya, kami pun sempat mencoba beberapa kedai kopi di Yogyakarta dan ada beberapa yang aku sukai juga. Lain kali aku akan coba ulas kedai kopi yang aku kunjungi selama di Yogyakarta.


Salam!


Comments